Setiap tahun, ribuan umat Islam dari Indonesia menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Ibadah ini bukan hanya menuntut kesiapan spiritual, tetapi juga kekuatan fisik dan ketahanan mental. Melihat tingginya angka kelelahan hingga wafatnya jamaah di Arab Saudi—774 orang pada 2023 dan 461 orang pada 2024—pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) semakin menegaskan pentingnya pembekalan fisik dan mental sebagai bagian krusial dalam manasik haji.
Photo by Galeri Laraiba
Ibadah haji mencakup aktivitas berat dan berlangsung dalam waktu panjang, seperti berjalan kaki saat thawaf dan sa’i, melempar jumrah, serta bermalam di Mina dalam kondisi cuaca ekstrem. Tantangan ini kian signifikan mengingat lebih dari 30% jemaah adalah lanjut usia. Oleh karena itu, kesiapan fisik dan mental menjadi mutlak demi keselamatan dan kekhusyukan ibadah.
Persiapan yang Diperlukan
1. Pembinaan Spiritual
Calon jemaah dianjurkan memperkuat niat, memperbanyak istigfar, zikir, dan doa, serta menyelesaikan tanggungan keluarga maupun utang. Silaturahim juga penting untuk memohon restu dan mengikhlaskan perjalanan.
2. Pola Hidup Sehat
Menjaga kondisi tubuh melalui konsumsi makanan bergizi, olahraga teratur (seperti jalan kaki), serta menghindari stres dan kelelahan.
3. Bimbingan Manasik Haji Terintegrasi
Kini, manasik haji tidak hanya mencakup tata cara ibadah, tetapi juga pelatihan fisik dan mental seperti:
- Jalan kaki terukur dan senam lansia
- Simulasi thawaf dan sa’i
- Pelatihan pernapasan dan relaksasi
- Penguatan mental dalam menghadapi tekanan emosional dan keramaian
Kebijakan Terkini 2025: Istitha’ah Kesehatan sebagai Syarat Wajib
Mulai tahun 2024 dan ditegaskan pada 2025, istitha’ah kesehatan menjadi syarat wajib sebelum pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih). Pemeriksaan dilakukan dalam dua tahap dan meliputi:
- Pemeriksaan fisik menyeluruh
- Deteksi dini penyakit kronis
- Tes fungsi kognitif dan mental
- Evaluasi kemandirian (Activity of Daily Living/ADL)
Jemaah dengan kondisi medis berat seperti gagal ginjal tahap lanjut, penyakit jantung parah, atau demensia tidak lagi diizinkan berangkat demi keselamatan mereka sendiri. Kemenkes dan Kemenag juga telah menetapkan bahwa vaksinasi lengkap wajib dipenuhi sebelum keberangkatan.
Haji Ramah Lansia dan Disabilitas
Dengan tema “Haji Ramah Lansia dan Disabilitas“, pemerintah menyiapkan kebijakan yang inklusif. Fasilitas kesehatan diperkuat, petugas haji dilatih menangani kebutuhan khusus, dan layanan ditingkatkan untuk memastikan jemaah rentan tetap dapat berhaji dengan aman dan bermartabat.
Penutup
Persiapan fisik dan mental bukan lagi sekadar anjuran, melainkan bagian dari sistem nasional penyelenggaraan ibadah haji. Kesehatan jemaah menjadi perhatian utama, sejalan dengan upaya peningkatan kualitas layanan dan keselamatan di Tanah Suci. Kolaborasi antara pemerintah, KBIHU, petugas kesehatan, dan keluarga menjadi kunci agar jamaah haji Indonesia siap secara lahir dan batin, sehat, mandiri, dan mampu melaksanakan ibadah dengan khusyuk hingga kembali ke tanah air dalam keadaan mabrur.
Persiapan fisik dan mental haji 2025 menjadi fokus utama pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kualitas ibadah dan keselamatan jemaah, terutama dengan diterapkannya istitha’ah kesehatan haji sebagai syarat wajib pelunasan Bipih. Melalui manasik haji 2025, jemaah dibekali pelatihan seperti simulasi thawaf dan sa’i, latihan fisik calon jemaah haji, serta penguatan mental menghadapi kondisi cuaca ekstrem di Tanah Suci. Pemerintah juga menekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan jemaah haji secara menyeluruh, termasuk deteksi penyakit kronis dan evaluasi kemandirian (ADL), sejalan dengan program haji ramah lansia dan peningkatan layanan kesehatan oleh Kemenkes dan Kemenag.